Book Review : New Catatan Hati Seorang Istri


Bagaimana harus bersikap saat suami berpaling, dan ingin menikah lagi?

Apa yang tercatat dihati seorang istri, ketika suami melakukan kekerasan fisik ataupun psikis? Ketika mendapatkan kabar bahwa pasangan tercinta konon terkena guna-guna?

Benarkah, ketika suami berkata ingin menikahi perempuan lain, ia sedang jatuh cinta?

Lalu apa tantangan pernikahan dengan pasangan muallaf? Bagaimana menguatkan keimanannya agar menjauh dari kebiasaan lama yang merupakan dosa di mataNya?

Dunia pernikahan tak selalu seindah pelangi. Pada kenyataannya, seorang istri seringkali jatuh bangun mencari kekuatan. Ada banyak kerikil-kerikil tajam yang bakal menghampiri didalam suatu pernikahan. Bukankah pernikahan itu sekolah cinta? 🙂 Sebuah sekolah yang akan dijalani sepanjang hayat.

Didalam Buku New Catatan Hati Seorang Istri yang ditulis oleh mbak Asma nadia ini, memuat berbagai macam kisah yang menyentuh dan menggentarkan tentang perjuangan perempuan, seorang istri, sekaligus ibu dalam menghadapi prahara dalam rumah tangganya. Mungkin bagi yang belum menikah *kaya saya* membaca buku ini, jadi berpikir panjang dan takut untuk menikah, ini yang dituturkan salah seorang sahabat saya saat saya menganjurkannya untuk membaca buku ini. Padahal dari cerita didalam buku ini, kita bisa berkaca, serta belajar bahwa menjalankan sebuah pernikahan itu tak selalu mudah. Banyak badai, cobaan yang bakal menghadang. Mungkin juga ada yang akan menemukan kisah serupa dengan apa yang sedang dialami saat ini (semoga saja tidak ya).

Ada cerita – cerita yang membuat saya heran, kesal, menangis, marah, ingin protes! Bagaimana setelah semua yang dialami, seorang istri tetap bertahan? Ketika sang suami tidak memberikan kontribusi apa pun, bukan hanya materi tetapi bahkan tidak menyumbang peran dalam mendidik anak-anak bahkan malah menghadirkan suasana yang cenderung merusak bagi anak-anak.

Dari kisah para istri yang ada didalam buku ini, kita jadi tahu betapa kesulitan dan ketabahan mesti selalu beriringan dalam perjuangan, serta betapa berliku jalan menuju keikhlasan. Dan menurutku kisah-kisah ini juga bisa menambahkan rasa syukur di hati para istri yang selama ini mungkin memiliki keluhan ini itu terhadap suami, namun kondisinya masih jauh lebih baik di banding apa yang di alami oleh sebagian istri di dalam buku ini.

Ada beberapa bagian menarik menurut saya didalam buku ini :

  • Kalau Saya Jatuh Cinta Lagi. Dialog antar mbak Asma dengan pak Haris (pimpinan sebuah penerbitan di Solo). Mbak Asma bertanya, sebenarnya apa yang ada dikepala seorang lelaki ketika mereka menikah lagi? Dan jawaban Pak Haris, ” sejujurnya mbak Asma, hanya ada satu alasan inti kenapa lelaki menikah lagi. Dan itu bukan karena menolong, bukan karena kasihan, atau alasan lain. Saya lelaki. Dan kalau saya menikah lagi itu murni karena saya suka dengan gadis itu. Saya jatuh cinta. Titik.”

    Padahal, jika seorang lelaki menikah lagi: pertama, kebahagiaan dengan istri kedua belum tentu, karena tidak ada jaminan untuk itu. Sementara luka hati istri pertama sudah pasti, dan itu akan abadi.

  • Kasih Kasmaran Lagi. Tau ga, kenapa nikah itu disebut ibadah? Karena menikah itu ga mudah. Banyak yang harus diperjuangkan untuk mempertahankannya. Enggal melulu indah. Kadang istri yang harus mengalah, kadang suami yang harus didesak. Dan, ini perjuangan seumur hidup.
  • Cinta Bukan Tak Pernah Salah. Pernikahan sakinah bukan berarti pernikahan yang ga ada ributnya. Pernikahan sakinah itu adalah pernikahan yang ketika ribut segera kembali ke Al-Quran dan As Sunnah. Namanya juga manusia menikah dengan manusia, justru disitulah letak ujiannya. Lewat kesulitan itu Allah kasih kesempatan untuk meraih anak kunci masuk ke salah satu surgaNya. Makin sakit hati, makin sulit memaafkannya, makin besar peluang masuk surgaNya kalau kita berhasil memaafkan pasangan.
  • Ternyata Aku Yang Kedua… Untuk perempuan yang sedang berada dipersimpangan untuk menjadi yang kedua, berpikirlah beribu kali. Tidak mudah hidup dalam cercaan keluarga, teman, masyarakat disekitar kita. Dan kemapanan ekonomi laki-laki beristri yang dimaksud, tidak sepadan dengan rasa bersalah yang mengiri langkah. Pernikahan bukan persoalan meraih kebahagiaan saat ini, tetapi upaya untuk bergandengan tangan, menambah kelayakan istri, pasangan dan anak-anak nanti, menuju surgaNya. Lalu, apa yang kita harapkan dari sosok laki-laki yang menjadikan kita yang kedua dan tidak mendekatkan kita kepada bau surgaNya?
  • Sebab Aku Berhak Bahagia. Tak seorang wanita pun ingin diceraikan apalagi menceraikan, tak seorang perempuan pun ingin ditinggal mati suaminya, tak seorang perempuan pun ingin berjuang sendirian karena suami tiba-tiba jatuh sakit, tak seorang perempuan pun ingin menjadi janda. Tapi ketika semua itu harus terjadi, karena takdir ilahi, maka seorang perempuan yang paling lemah sekalipun, harus siap memanggul beban di pundak. Sebab perempuan berhak sekaligus berkewajiban untuk berusaha dalam hidup. Tetapi kuat dan sabar enjawab setiap tantangan, tetap terpacu untuk mencari kebahagiaan duni dan akhirat. Sebab permpuan juga berhak bahagia.

Buku ini cocok dan sangat saya rekomendasikan untuk dibaca oleh para istri, para suami dan cewek/cowok yang akan menikah. Semoga kita bisa belajar dari pengalaman orang lain 🙂

Judul        : New Catatan Hati Seorang Istri

Penulis    : Asma Nadia

Penerbit    : Asmanadia Publishing House

Halaman    : 312 hlm

Harga        : Rp.55.000

Artikel ini diikut sertakan pada Book Review Contest di Blogcamp

37 thoughts on “Book Review : New Catatan Hati Seorang Istri

  1. Orin says:

    Betul…betul…penting dibaca bagi siapapun, tidak hanya mereka yg sudah menikah saja. Semoga kita jadi istri yang dinantikan surga ya Fit 😉

    Gudlak ngontesnya neng^^

  2. Sugeng says:

    Para pesaing harus menunjukan itekad baik dalam bersaing yang sehat. Agar sang juri bisa leluasa memilih tanpa ada gejolak apapun 😆
    aku gak ikut karena gak punya buku

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

  3. bundadontworry says:

    benar2 buku ini perlu dibaca oleh semua istri, suami maupun gadis jejaka yg belum menikah,.
    karena menikah adalah sekolah, pembelajaran dari hari ke hari,
    yg baru selesai bila umur kita juga selesai

    Semoga sukses di kontes book review nya ya Fitri 🙂
    salam

  4. ~Amela~ says:

    Sempat baca sekilas waktu dulu lagi maen ke kosan lama,.. dan emang, buku ini menyentuh lho..
    lagi berniat koleksi buku2nya asma nadia.. apa daya tidak ada gramedia.. hehe

  5. nia/mama ina says:

    wahhh aku senang kalo baca buku yang isinya kisah nyata, jadi kita bisa mengambil pelajaran dr kejadian yang mereka alami…..memang pernikahan adalah sebuah awal dari perjuangan hidup…sukses utk kontesnya…smoga beruntung

  6. ahsinmuslim says:

    terima kasih resensi bukunya. memang benar salah satu cara untuk bisa membina keharmonisan dalam rumah tangga satu sama lain harus bisa saling memahami dan menghargai agar percekcokan bisa di minimalisir.

  7. rhama wijaya says:

    yaa ya…ya memang perlu di baca terkadang sebagai laki-laki aq tidak memikirkan perasaan istri sendir sering lupa kalau udah punya anak malah lebih suka memperhatikan anak selingkuhanku .

Leave a reply to bundadontworry Cancel reply